
Jadi Wartawan Itu…
Sejak SMA saya bercita-cita jadi wartawan. Entah angin apa yang membuat saya bernafsu untuk menekuni profesi tersebut di masa depan saya. Supaya bisa keliling jalan-jalan. Begitu pikir saya waktu itu.
Sejak itu saya semangat sekali mencari tahu hal-hal yang berhubungan dengan dunia jurnalistik. Saya pun bergabung di ekstrakurikuler jurnalistik sekolah, mengikuti berbagai workshop tentang jurnalistik, follow para jurnalis kece di media sosial, bahkan nggak pernah mau ketinggalan berita terkini baik di televisi maupun koran (macam bapak-bapak gitulah).
Lulus SMA saya nggak bisa lepas dari pikiran “pokoknya aku mau jadi jurnalis.” Pikiran ini membuat saya lagi-lagi nyemplung di dunia ini. Jadi aktivis pers kampus.
Wahh, kala itu bisa bergabung dan menjadi salah satu redaktur majalah saja senangnya bukan main. Merasa keren dan berwibawa. Padahal cuman lingkup kampus 😂 . Saat magang untuk tugas akhir kuliah pun, saya memilih magang di salah satu media nasional di Jakarta.
Mimpi yang lama terpendam itu pun mulai mendapat titik terang. Lulus kuliah, saya melamar sebagai wartawan di media nasional yang berbasis di Surabaya, Jawa Pos. Alhamdulillah, berkat usaha doa dan tekad kuat saya diterima.
Kala itu saya harus bersaing dengan ratusan pelamar dari seluruh Indonesia. Sementara, yang diambil hanya 25 orang. Alhamdulillah. Saya melalui berbagai tahap tes. Mulai dari administrasi, tes knowledge soal dunia jurnalistik dan umum, tes psikologi, tes kesehatan hingga wawancara.
Sebelum terjun ke “lapangan” kami dibekali berbagai teori terkait jurnalistik. Mulai dari topik berita, teknik wawancara, teknik menulis berita, de es te, de es te….
Masing-masing ditempatkan di “pos” yang berbeda-beda. Maksudnya, tema berita yang diangkat berbeda-beda. Saya kebagian di pos kesehatan dan pendidikan.
Ada banyak sekali kejadian dan pengalaman berharga selama jadi wartawan. Mulai dari enaknya sampai nggak enaknya. Nih, saya jembrengin satu-satu ya…
ENAKNYA…
Jadi wartawan itu…
Kenal sama orang penting dan banyak relasi. Selama liputan kita dituntut untuk mencari narasumber yang kredibel. Disinilah peluang untuk bertemu dengan “orang-orang penting”. Politisi, walikota, menteri hingga selebritis. Nggak jarang pula saya ketemu dengan orang-orang inspiratif.

Bersama sutradara Joko Anwar saat launching film A Copy of My Mind. (Maafkan fotonya yang agak burek 😂)
Keuntungannya kita punya “tiket” biar bisa ketemu langsung dan ngobrol sama mereka. Apa itu? ID card pers. Ini salah satu senjata andalan wartawan. Kalau nggak punya ini ya siap-siap diremehkan deh sama narasumber 😂
Oya, sebagai wartawan juga saya dituntut SKSD, sok kenal sok deket gitu. Kalau diem aja yaudah bubar nggak dapet berita. Nggak bakal dapet pernyataan dari narasumber penting itu.
Makanya, membangun komunikasi dan relasi sama para narasumber ini penting banget. Jadi, kita nggak hanya butuh saat kerja aja, sebisa mungkin juga akrab di luar itu. Eh tapi hati-hati ya kalau narasumber yang berhubungan dengan politik. Harus bisa membedakan pekerjaan sama di luar itu. Kadang-kadang narasumber memanfaatkan kedekatan ini. Sehingga mempengaruhi idealisme berita kita.
Jadi wartawan itu…
Update berita terkini. Ya dong kita menyajikan berita ya tentu harus mengikuti perkembangan berita terbaru. Sebelum pembaca dan netizen di luar sana tahu, kita udah dapet info duluan dari para narasumber.
Jadi wartawan itu….
Keliling, jalan-jalan dibayari kantor. Ini buat penganut “backpacker irit nyari gratisan” macam saya. Hehe. Bisa kemana-mana karena tugas liputan dan dibayari kantor.
Jadi wartawan itu…
Nambah ilmu baru, nambah wawasan. Tadinya saya lulusan Sastra Inggris. Saat diposkan di topik kesehatan dan pendidikan jelas ini pengalaman dan tantangan baru buat saya.
Bayangin aja yang biasanya baca novel dan cerpen eh ini dituntut baca topik lain, kamus kedokteran, ensiklopedi kesehatan, dan istilah-istilah dunia kesehatan yang sangat asing di telinga saya. Kuliah lagi bok! 😂
Bebas soal baju. Nggak perlu pake seragam yang serba kaku dan formal. Pakai dress, blouse, atau kaos (tapi yang berkerah, ya) bebas. Mau pakai sneakers, boots atau bahkan sepatu gunung, hajaaarr. Yang penting nggak kucel dan bau asem hehe.
Nah, ada enak berarti ada NGGAK ENAKNYA juga kan?
NGGAK ENAKNYA Jadi wartawan itu…
Jam kerja yang nggak jelas. Kalau pegawai kantoran pada umumnya kan 8 to 5. Wartawan mah jangan harap 😂. Ada insiden atau kejadian pagi buta ya kudu berangkat liputan.
Pertama kali liputan saya diminta meliput momen kelahiran bayi kembar lima di RSUD Dr Soetomo Surabaya (beritanya disini : Bayi Kembar Lima . Dan itu dijadwalkan dokternya jam 6 pagi. Ya bayangin aja saya berangkat dari rumah jam berapa 😂. Saya kudu stay di RS mulai sepagi itu sampai si bayi-bayi itu lahir.
Kalau pas tengah malam ada berita dadakan yang harus diliput; kebakaran, gempa bumi, atau kejadian tidak terduga misalnya, ya mau nggak mau harus berangkat liputan! Nah, lho kan enak-enak ngiler eh dapet telpon dari redaktur. Gimana perasaanmu? 😂
NGGAK ENAKNYA Jadi Wartawan itu….
Everyday is Workday! Bahkan di saat weekend dan libur nasional sekalipun. Hahaha ngakak perih nggak tuh. Iya, saat orang-orang pada liburan, wartawan harus tetap menyajikan berita menarik kepada para pembaca. Yang lain asyik liburan, wartawan sibuk aja keliling liputan 😂
NGGAK ENAKNYA Jadi Wartawan Itu…
Dikejar Deadline. Yang bikin tambah pusing tujuh keliling saat dekat deadline tapi narasumber susah sekali ditemui dan dihubungi. Apalagi beritanya harus tayang hari itu juga. Jadinya harus cari narasumber lain, deh.
NGGAK ENAKNYA Jadi Wartawan Itu…
Risiko ancaman besar. Ini kalau beritanya yang berbau politik, berita perang di suatu daerah atau biasanya bersifat investigatif. Karena kita harus mengungkapkan fakta dengan cara (terkadang) harus menyamar.
Misalnya, saya pernah melakukan peliputan investigatif soal kampus-kampus bodong di Surabaya. Nah, nggak mungkin kan kalau kita datang langsung buat wawancara kampusnya? Yang ada malah nggak mau diwawancara. Salah satunya ya saya masuk sebagai pendaftar mahasiswa, misalnya.
Risikonya pun beragam, bisa diancam dilaporkan ke polisi, dipidanakan bahkan nggak sedikit wartawan yang mendapat ancaman pembunuhan. Sedih, sih karena makin banyak kasus pengancaman yang terjadi di kalangan wartawan. Semoga aja undang-undang bener-bener melindungi profesi ini.
Banyak sekali pelajaran (hidup) yang saya dapatkan selama jadi wartawan. Intinya, menempa saya bahwa hidup ini keras, buk! Hehe. Tapi, harus tetep dijalani dengan suka hati.
So, adakah disini yang berprofesi serupa? Atau adakah yang berminat jadi wartawan? Boleh sini sharing 😊
January 22, 2018 at 12:33 pm
Aku dulu sempat bercita-cita jadi wartawan. Tapi akhirnya malah nyasar di jurusan teknik sipil. Heu
January 22, 2018 at 9:37 pm
Hehe yang penting ilmunya bermanfaat yaa mba 😊
January 22, 2018 at 1:12 pm
Bebas pakai baju apa kayaknya nggak berlaku buat di TV. Sejak Trans TV populer karena seragamnya, hampir semua TV pakai dan punya seragam termasuk tempatku bekerja dulu. Jadi ya nggak bisa sembarang pakai baju tapi enaknya malah nggak pusing mau pakai baju apa hari ini karena udah ditentuin ada seragamnya, hihi.
January 22, 2018 at 9:39 pm
Oogitu yang penting sih seragamnya keliatan kece 😂
January 23, 2018 at 2:28 am
setiap pekerjaan pasti punya suka duka sendiri ya
January 23, 2018 at 8:19 am
Betuuull..
January 23, 2018 at 6:44 am
saya juga pernah 3 bulan magang jadi wartawan
meski magang seru juga sih mbak
bener waktu kerjanya gak tentu sering malam2 harus ke TKP gegara ada perampokan
ih….
senengnya ya ketemu orang penting gitu
btw pengalaman yang seru mbak
January 23, 2018 at 8:20 am
Hehe iya enak2 tidur eeeh ditelpon suruh liputan kebakaran 😂
January 23, 2018 at 8:33 am
Waw keren ikh mba pekerjaannya. Dan senangnya jika dari usia masih muda sudah tau apa yang kita sukai. Semoga Mba jadi wartawan yang benar-benar amanah, ya dan berusaha berjalan lurus kepadaNya. Soalnya profesi wartawan ini memiliki tanggung jawab yang sangat besar juga urusannya di akherat. Jika kita tidak hati2 menyampaikan kebenaran/beritanya pada orang banyak. Maka pertanggungjawabannya pun besar juga karena menyangkut banyak orang. Apa pun itu. Tetap semangat ya, Mba dan semoga selalu dilindungi ketika mengungkapkan sebuah fakta di lapangannya 🙏
February 12, 2018 at 2:24 am
kalo sekarang jadi blogger aja mba haha..iya memang tanggungjawabnya gede karena harus mengungkap fakta yg kadang2 sering ditunggangi kepentingan beberapa pihak 🙁
January 23, 2018 at 8:36 am
Sejak SD punya cita-cita jadi penulis, terus pengen kerja di Majalah Bobo. Kuliah pun masuk jurusan Jurnalistik, selama total 6 bulan magang di majalah dan radio, kenyang sama materi penulisan (berita langsung, feature, in-depth). Lalu pas lulus memilih untuk ngga jadi wartawan dan banting setir jadi peneliti pasar 😂😂.
February 12, 2018 at 2:25 am
haha gak masalah mah mbak.. apapun profesinya yang penting bisa bermanfaat ya buat orang lain. semangat!
January 23, 2018 at 10:09 am
Wah hebat mba jadi wartawan nih..
Mimpi jadi kenyataan ya mba. Jobnya sekarang mdh2n sukses ya dan lancar trs kejar deadlinenya.
Walaupun ada suka duka jd wartawan hrs semangat dan enjoy nih..
February 12, 2018 at 2:27 am
kalo sekarang jadi blogger aja mba..nulisnya suka2 hahaa. meski begitu tetep kudu semangat nulis!
January 23, 2018 at 11:46 am
Waah keren ternyata dlu prnah d jawa pos..kebayang ya pasti lelah banget.. sy penasaran cerita lanjutan pas nyamar jd mahasiswa 😁
February 12, 2018 at 2:28 am
iyaa hayati lelah bang! 😀
aduhudah ah biar jadi masa lalu aja nyamar2 ku lelah harus akting2 gitu haha
January 23, 2018 at 2:15 pm
Pernah ngalami “disuap” oknum agar menulis berita sesuai keinginannya nggak mbak?
February 12, 2018 at 2:30 am
hihi beberapakali pernah mba, padahal pas ngeliput di dunia pendidikan.sedih sih dan tantangannya pasti berat :(.untungnya saya punya keluarga yg menguatkan supaya nggak terjerumus. alhamdulillah
January 23, 2018 at 2:31 pm
Keren ya Mbak Firda. Banyak pengalaman seru. Nah, pas myamar jadi mahasiswa tuh gimana Mbak?
February 12, 2018 at 2:30 am
gimana yaaaa hahaha..ya seru2 deg degan gitu deh 😀
January 25, 2018 at 6:43 am
Haai mbak, aku juga pengen jadi wartawan. Pemikiran kita sama hehe. Makanya pas kuliah jg gabung di pers kampus. Btw makasih sharingnya mbk. Salam, muthihauradotcom
February 12, 2018 at 2:35 am
sama2..smoga sharingku bisa bermanfaat ya . salam kenal juga 🙂
January 26, 2018 at 7:24 pm
Keren pengalamannya mbak, saya dulu pengen gak ya jdi wartawan? 😀
February 12, 2018 at 2:36 am
udaaah mbak von udah bener jadi beauty blogger aja..udah tepatlah ituuu hahaha